KEBUDAYAAN PROVINSI BALI

KEBUDAYAAN PROVINSI BALI

 Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil. Letak geografi sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat- Luas wilayah Provinsi Bali adalahtempat penting lainnya adalah Ubud sebagai 5.636,66 km2 atau 0,29% luaspusat seni terletak di Kabupaten wilayah Republik Indonesia.Gianyar, sedangkan Secara administratif Provinsi BaliKuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi kabupaten/kota, 55 kecamatantujuan pariwisata, baik wisata pantai dan 701 desa/kelurahan.maupun tempat peristirahatan. Masyarakat Bali Aga umumnya mendiami daerah- daerah pegunungan dan kurang mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindu. Sedangkan Bali Majapahit umumnya mendiami daerah-daerah dataran dan merupakan bagian yang paling besar dari penduduk pulau Bali serta mendapat pengaruh besar dari kebudayaan Jawa Hindu(Majapahit).

A. Sejarah Pulau Bali
 Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa.  

B. Seni Musik Bali
  Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya. Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok seperti Gamelan, Jegog, Genggong, dst.

C.Seni Tari
  Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung. Tari-tarian masyarakat Bali ada yang bersifat tradisional ada yang bersifat modern. Tarian tradisional misalnya tari Sanghyang, Baris, barong, Kecak, Rejang, dan Gambuh. Sedangkan tari modern contohnya Kebyar Tarunajaya, Kebyar Duduk, Margapati, Tambulilingan, Tenun, Nelayan, Legong, d an tari Janger. Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sanghyang

D.Pakaian Adat Bali
 Pakaian adat balisesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
 -Busana tradisional pria umumnya terdiri dari: Udeng (ikat kepala), Kain kampuh, Umpal (selendang pengikat), Kain wastra (kemben), Sabuk, Keris, Beragam ornamen perhiasan. Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.
 -Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari: Gelung (sanggul), Sesenteng (kemben songket), Kain wastra, Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada, Selendang songket bahu ke bawah, Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam dan beragam ornamen perhiasan.Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

E.Rumah Adat
 Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya.
Konsep dasar tersebut adalah:
* Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga
* Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala
* Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu
* Konsep proporsi dan skala manusia
* Konsep court, Open air
* Konsep kejujuran bahan bangunan
Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:
* Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala
* Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu
* Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri Angga
* Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia
Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di Bali, sumbu-sumbu itu antara lain:
* Sumbu kosmos Bhur, Bhuwah dan Swah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir)
* Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari)
* Sumbu natural Kaja-Kelod (gunung dan laut)
* Orientasi Kosmologi / Sanga Mandala
Sanga Mandala
Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:
1. Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)
2. Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)
3. Sumbu natural: Gunung dan Laut
Hirarki Ruang / Tri Angga
Tri Angga
Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali.
1. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.
2. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.
3. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.
Dimensi Tradisional Bali
Dalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Dikenal beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah : Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. Sebuah desain bangunan tradidsional Bali tentunya harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.
Bangunan Hunian
Hunian pada masyarakat Bali ditata sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Orientasi yang digunakan menggunakan pedoman-pedoman seperti tersebut diatas. Sudut utara-timur adalah tempat yang suci, digunakan sebagai tempat pemujaan, Pamerajan (sebagai pura keluarga). Sebaliknya sudut barat-selatan merupakan sudut yang terendah dalam tata-nilai rumah, merupakan arah masuk ke hunian.
Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan aling-aling, yang tidak saja berfungsi sebagai penghalang pandangan ke arah dalam (untuk memberikan privasi), tetapi juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh jahat/jelek. Angkul-angkul ini bentuk mirip seperti pagar utama di bangunan modern, sebagai pintu masuk penghubung antara luar dengan area dalam bangunan. Pada bagian ini terdapat bangunan Jineng (lumbung padi) dan paon (dapur). Berturut-turut terdapat bangunan – bangunan bale tiang sangah, bale sikepat/semanggen dan Umah meten. Tiga bangunan (bale tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam) merupakan bangunan terbuka (tanpa tembok, dengan bangunan dasar berbentul Bale yang sering kita jumpai pada umumnya).
Ditengah-tengah hunian bangunan tradisional Bali, terdapat natah (court garden/halaman) yang merupakan pusat dari hunian. Umah Meten untuk ruang tidur kepala keluarga, atau anak gadis. Umah meten merupakan bangunan mempunyai empat buah dinding, sesuai dengan fungsinya yang memerlukan keamanan tinggi dibandingkan ruang-ruang lain (tempat barang-barang penting & berharga). Hunian tipikal pada masyarakat Bali ini, biasanya mempunyai pembatas yang berupa pagar yang mengelilingi bangunan/ruang-ruang tersebut diatas.

F.Sistem kekerabatan
  Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan orang Bali berpegang kepada prinsip patrilineal (purusa) yang amat dipengaruhi oleh sistem keluarga luar patrilineal yang mereka sebut dadia dan sistem pelapisan sosial yang disebut wangsa (kasta). Sehingga mereka terikat ke dalam perkawinan yang bersifat endogami dadaia dan atau endogami wangsa. Orang-orang yang masih satu kelas (tunggal kawitan, tunggal dadia dan tunggal sanggah) sama-sama tinggi tingkatannya. Dalam perkawinan endogami klen dan kasta ini yang paling ideal adalah antara pasangan dari anak dua orang laki-laki bersaudara. Masyarakat Bali Hindu memang terbagi ke dalam pelapisan sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai yang tiga, yaitu utama, madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan Brahmana, kasta Madya adalah golongan Ksatrya dan kasta nista adalah golongan Waisya. Selain itu masih ada golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu golongan Sudra, sering juga mereka disebut jaba wangsa (tidak berkasta). Dari kekuatan sosial kekerabatannya dapat pula dibedakan atas klen pande, pasek, buganggadan sebagainya. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi olehkeyakinan mereka kepada agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Olehkarena itu studi tentang masyarakat dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistemreligi Hindu. Agama Hindu Darma atau Hindu Jawa yang mereka anut mempercayai Tuhan YangMaha Esa dalam konsep Tri Murti, yaitu Tuhan yang mempunyai tiga wujud: Brahma (Pencipta), Wisnu(Pelindung) dan Syiwa (Pelebur Segala yang Ada). Selain itu ada pula beberapa tokoh Dewa yang lebihrendah. Semuanya perlu di hormati dengan mengadakan upacara dan sesajian. Mereka jugamengangap penting konsepsi tentang Roh abadi yang disebut Athman, adanya buah setiap perbuatan(Karmapal), kelahiran kembali sang jiwa (purnabawa) dan kebebasan jiwa dari kelahiran kembali (moksa).Dalam menyelenggarakan pemakaman anggota keluarga orang Bali selalu melaksanakan tiga tahapanupacara kematian. Pertama, upacara pembakaran mayat (ngaben), kedua, upacara penyucian (nyekah)dan ketiga, upacara ngelinggihang. Ajaran-ajaran di agama Hindu Darma itu termaktub dalam kitab suciyang disebut Weda.

G.Tradisi masyarakat Bali
 Ngaben adalah salah satu upacara keagamaan penting dan akbar di Bali. Perhelatan suci ini menyedot ribuan orang, mereka ingin menyaksikan upacara yang jarang terjadi. Apalagi yang di Ngaben adalah seorang pemimpin Ubud yang sangat dihormati. Sulit memisahkan Bali dari ritual keagamaan. Ritual ini bagi masyarakat Bali sama pentingnya dalam menjalankan kehidupan mereka sehari – hari. Jadi tidak usah heran dengan pemandangan seperti ini. Ritual keagamaan yang sederhana sudah menjadi pemandangan biasa, bagi siapa saja sejak pagi hingga malam hari. Sesajian bagi sang dewata ini merupakan ungkapan terima kasih atas berkah Sang Dewata yang barangkali menjadikan pulau ini tetap indah dan eksotis. Daun kelapa muda (janur) menjadi pemandangan yang Anda temui disetiap tempat bila Anda mengunjugi Bali. Di Bali setiap fase kehidupan harus dijalani dengan upacara. Sekecil apapun itu, tentu ini menghabiskan biaya yang tak tidak sedikit dan salah satu upacara itu adalah Ngaben. Ngaben adalah upacara sakral dan besar yang ditunggu banyak orang. Disinilah fase dimana jasad manusia kembali ke langit. Upacara ini menelan biaya yang tidak sedikit dan harus dilakukan pihak keluarga. Ini sebagai bentuk Dharma (bakti) kepada anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Ngaben yang sederhana persiapan saja sudah memakan waktu berhari – hari. Mulai dari pembuatan bade yang tingginya disesuaikan dengan kemampuan dan derajat orang yang di abadi.
 Hari raya umat agama hindu adalah Hari Raya Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.
Pedoman dalam ajaran agama Hindu yaitu :
(1).tattwa (filsafat agama)
(2). Etika (susila)
(3).Upacara (yadnya)
Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu:
(1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa.
(2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur.
(3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.
(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta.
(5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia

H.Pernikahan/Perkawinan
  Perkawinan Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita. Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuk luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.

I. Mata Pencaharian
 Pada umumnya masyarakat Bali mayoritas bermata pencaharian bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, dalam bidang pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, sedangkan perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, pada bidang kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, kain, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat. Dan pada umumnya masyarakat Bali yang berasal dari Gianyar bergerak dalam bidang kerajinan dan kesenian karena bakat dari masyarakat setempat yang di dapat secara turun temurun. Banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.

sumber:
http://www.slideshare.net/omcivics/kebudayaan-bali
http://budayanusantara2010.wordpress.com/kebudayaan-tradisional-indonesia/rumah-adat/rumah-adat-bali/

Leave a comment